Mohon maaf  tante-tante yang suka nanyain saya pas kumpul keluarga, atau jangan menuntut saya untuk jadi ustadzah setelah lulus kuliah dari Uin.

Di akhir semester menjelang kelulusan seperti sekarang  saya memang sedang sibuk-sibuknya mengerjakan skripsi, di semester 7 yang katanya kalau semester ini sudah mulai menggarap skripsi di cap anak ambisius yang ingin cepat lulus, apa benar begitu? ia benar saya ingin cepat lulus karena sedang dalam tahap mengurangi pengeluaran untuk tidak membayar uang ukt lagi, padahal itu motivasinya mengurangi beban kedua orang tua. Bahkan seperti trend kata-kata di tiktok

 “angin bisakah  kau luluskan aku kuliah tanpa melewati banyak revisi skripsi

Meskipun saya berhasil melewati 7 semester jurusan ilmu hadis, adakalanya saya mungkin bisa ada di titik ini karena  keberuntungan, saya adalah orang yang kebetulan lulus tes masuk kuliah di uin dengan jurusan ilmu hadis karena pilihan asal-asalan saat mendaftar tes ujian masuk. Untuk berbahasa arab saja saya hanya tau, kata  naam dan  la yang artinya iya dan tidak, apalagi menjadi ustadzah atau guru hadis dari segi mana saya bisa menjadi sosok seperti itu.

Ketahuilah, om-om , tante tante yang ada di keluarga saya maupun om dan tante para tetangga sekitar rumah saya, teman-teman saya yang masuk jurusan ilmu hadis juga, saat saya tanyakan mau menjadi apa saat lulus nanti, mereka malah menjawab “ masih jadi manusia saja sudah syukur, mau ngerjain skripsi aja mereka bolak balik cari judul karna sering di tolak dosen, bolak balik revisi skripsi,  drama chat di cuekin dosen dan chat ngga pernah di baca”

Saya jelaskan  pelan- pelan, taukah bahwasanya anak-anak yang masuk jurusan ilmu hadis tidak sepenuhnya mereka memilih pilihan pertama ketika ingin masuk Uin Melainkan mereka gagal di pilihan pertama dan akhirnya terdampar di jalan jurusan ini, ibarat kata dosen  saya yang setiap awal semester baru, bertanya dari mana asal sekolah, teman-teman saya ada yang menjawab dari SMA dan SMK , dosen langsung merespon “kamu tersesat di jalan yang benar” ia jalan yang sangat benar pak, karena mau pindah jurusan, kami malas mengulang dari awal lagi.

Pertama kali menginjakkan kaki di jogja, keinginan saya hanyalah bisa berkuliah di kota besar, karena saya sendiri berasal dari salah satu desa di situbonodo  Jawa Timur. Bisa bebas memilih hidup dan hidup mandiri dan mencoba menjalani hidup menjadi anak kost , membayangkan diri bisa jalan-jalan benas tanpa telfon orang tua "nak kapan pulang,  ini sudah malam"

Meski saya sendiri sekarang merasa salah jurusan, saya tetap harus menyelesaikan pilihan saya bagaimanapun caranya. 

Dari pengalaman masuk jurusan ini, Ilmu hadis menurut saya berat, sangat berat, jika tidak memiliki basic sekolah agama dipesantren awalnya,  sarankan di pikir-pikir lagi jika tidak ingin menangis seperti saya.

Jurusan ilmu hadis membuat saya tahu diri untuk menjaga sikap agar bisa sesuai pilihan yang saya pilih,contohnya cara berpenampilan,  cara bicara dan lain-lain, tapi untuk memilih menjadi ustadzah atau guru agama setelah lulus rasanya saya tidak siap.

Kalau orang bertanya terus apa gunanya kamu lulusan s1 tapi tidak menjadi guru agama aatau ustadzah? Maaf saya dan teman teman sejurusan yang sepemikiran dengan saya tidak bisa menjadi sesuatu sesuai apa kata orang.

Kamu tau om-om, tante dari pihak keluarga dan tetangga, biarkan kami lulus terdahulu, biarkan saya memilih pilihan hidup sendiri dahulu, lulus terlebih dahulu, yang jelas saya tidak akan membebani orang lain apalagi kalian, atau bisa di ganti list pertanyaan 

setelah lulus rencannya mau gimana? 

Setelah lulus kerja di kantor tante saja ya? Setelah lulus jangan pilih-pilih memilih pekerjaan.

Ini kan pertanyaan yang tidak menuntut ke suatu arah profesi yang menjadi kewajiban malah menawarkan jalan keluar masalah. 

Jangan tanya"kalau kami butuh tentang suatu hadis, kamu pastinya hapal ribuan hadis dong, kan jurusan hadis masa ngga hafal ribuan hadis"

Kalau meminta bantuan untuk memcari hadis, pastinya kami anak hadis akan membantu mencari dengan aplikasi yang tersedia atau kitab-kitab hadis, tetapi untuk menjanjikan hafal ribuan hadis kami tidak mampu. 

Tolong saya hanya manusia biasa dan bukan mesin google yang hafal segalanya. Omku, tante, tetangga yang ku cintai dan sayangi saya hanya manusia yang salah jurusan yang hanya ingin lulus cepat karena saya lelah kuliah online hampir 2 tahun sejak corona menggoncangkan bumi membuat saya yang susah paham materi makin goblok karena kuliah online.